Ahli Ramai-ramai Tepis Klaim Situs Gunung Padang Bangunan Tertua Dunia

Para ahli dari Barat ramai-ramai membantah studi yang mengklaim situs Gunung Padang sebagai piramida tertua di dunia. Mereka menilai klaim tersebut tak terbukti secara ilmiah.

Laporan bahwa situs Gunung Padang yang berada di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, sebagai piramida tertua di dunia dan berusia lebih dari 25 ribu tahun lalu terbit pada November lalu.

Laporan itu disusun oleh peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Danny Hilman Natawidjaja dkk di Archeological Prospection.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para pakar beranggapan penemuan situs setua itu belum pernah terjadi sebelumnya.

Stonehenge dan piramida besar tertua di Mesir saja baru berusia beberapa ribu tahun, sedangkan pemegang rekor sebelumnya, monumen batu Göbekli Tepe di Turki, diperkirakan berusia sekitar 11.000 tahun.

Sementara, Hilman dalam makalah itu mengungkap Gunung Padang kemungkinan dua kali lebih tua dari usia megalit kuno di atas.

“Bukti dari Gunung Padang menunjukkan bahwa praktik konstruksi yang maju sudah ada ketika pertanian, mungkin, belum ditemukan,” klaim mereka.

Temuan itu kemudian mendapat respons keras dari banyak arkeolog, yang mengatakan bahwa tidak ada bukti yang disajikan oleh tim untuk membenarkan kesimpulan mereka tentang usia Gunung Padang.

Mereka berpendapat pemukiman di sana mungkin baru dibangun sekitar 6.000 hingga 7.000 tahun yang lalu.

“Data yang disajikan dalam makalah ini tidak memberikan dukungan terhadap kesimpulan akhirnya bahwa pemukiman tersebut sudah sangat tua. Namun hal itulah yang menjadi berita utama,” kata Flint Dibble, arkeolog di Cardiff University. “Saya sangat terkejut makalah ini diterbitkan sedemikian rupa.”

Menanggapi hal tersebut, Danny mengatakan bahwa penelitian ini sebetulnya untuk menjawab kekhawatiran dari berbagai pihak mengenai studi ilmiah mereka.

“Penelitian ini menjawab kekhawatiran yang diajukan oleh pihak ketiga mengenai konten ilmiah makalah kami. Kami secara aktif terlibat dalam mengatasi permasalahan ini,” kata Hilman, mengutip The Guardian, Selasa (19/12).

Kontroversi mengenai usia Gunung Padang itu muncul setelah film dokumenter dari Netflix, Ancient Apocalypse tayang bulan lalu. Dalam dokumenter tersebut, peneliti kontroversial Inggris Graham Hancock meninjau temuan tersebut.

Ia beranggapan kebudayaan kuno yang dulunya canggih, kemudian hancur dalam peristiwa kosmik, membawa ilmu pengetahuan, teknologi, pertanian, dan arsitektur monumental kepada masyarakat primitif yang menghuni dunia setelah zaman es terakhir.

Gunung Padang bisa menjadi contoh hasil karya mereka, kata Graham.

Sejumlah ilmuwan mengejek gagasan ini. “Dia (Graham) memunculkan mitos-mitos, penafsiran takhayul dan seringkali salah terhadap situs-situs arkeologi,” kata ahli geologi Marc Defant.

Bill Farley, arkeolog di Southern Connecticut State University di New Haven, juga menyampaikan hal serupa.

“Sebuah teori, yang mengatakan bahwa sekelompok orang bijak kuno mengajari kita semua yang kita ketahui, menyederhanakan sejarah ke tingkat yang kasar dan juga merampas klaim masyarakat adat bahwa mereka mengembangkan budaya kuno dan kerajinan canggih mereka sendiri.”

Hilman dalam sebuah kesempatan menganggap gagasan Hancock sebagai “hipotesis yang masuk akal”.

Berada di perkebunan pisang dan teh, hampir 3.000 kaki (900-an meter) di atas permukaan laut dan berjarak 120 km dari Jakarta, Gunung Padang terdiri dari serangkaian teras batu di atas gunung api purba. Pecahan tembikar menunjukkan bahwa situs tersebut berusia beberapa ribu tahun.

Hilman dan timnya berargumen bahwa penggunaan radar menunjukkan di bawah bangunan utama terdapat beberapa lapisan buatan manusia yang lebih dalam, dengan lapisan terbawah dari inti lava yang mengeras menunjukkan tanda-tanda bahwa bangunan itu telah “dipahat dengan cermat”.