JOKERBOLA– Imbas perang antara Israel-Hamas memanas hingga banyak seruan untuk boikot produk Israel. Tidak hanya itu, dampak dari boikot produk yang dianggap pro terhadap Israel cukup mengerikan penting diketahui.

Pelaku usaha ritel telah membeberkan sejumlah dampak apabila aksi boikot terhadap sejumlah produk yang pro terhadap israel terus berlanjut.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey menerangkan jika terjadi penurunan permintaan di hilir maka akan berdampak terhadap hulu yang akan mengurangi produksi.

“Bisa kita bayangkan ketika tergerus produsennya atau supplier, maka investasi bisa hilang dan kandas,” ungkap Roy pada 15 November 2023.

Berikut ini Okezone, Minggu (26/11/2023) telah merangkum beberapa fakta terkait boikot produk Israel di Indonesia hingga dampak mengerikannya.

1. Dampak mengerikan boikot produk Israel

Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey, jika terjadi penurunan permintaan di hilir maka akan berdampak terhadap hulu yang akan mengurangi produksi.

“Bisa kita bayangkan ketika tergerus produsennya atau supplier, maka investasi bisa hilang dan kandas,” ungkap Roy dalam konferensi pers.

Artinya jika produksi terus menurun, maka pertumbuhan tidak bisa terjadi. Stok akan menumpuk di produsen, dan produksi otomatis akan berhenti jika tidak ada permintaan dari pengusaha di bagian hilir. Ujung-ujungnya akan terjadi pengurangan tenaga kerja alias pemutusan hubungan kerja (PHK).

2. Transaksi ritel modern menurun

Transaksi ritel modern bisa menurun hingga 50% lantaran aksi boikot produk yang terafiliasi dengan Israel. Hal tersebut diprediksi oleh Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia (AP3MI).

3. Hanya 20%

Sekretaris Jenderal AP3MI Uswati Leman Sudi menjelaskan, bahwa hal tersebut terjadi karena beberapa produk yang diboikot masuk ke dalam produk pareto.

Pareto adalah produk dengan kontribusi penjualan mencapai 80% di ritel modern tetapi total barangnya hanya 20%.

4. Pasar saham

Boikot produk perusahaan yang dianggap pro-Israel menjadi perhatian pelaku pasar modal mengingat potensi pengaruhnya terhadap sektor ritel. Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai dampak boikot produk terafiliasi Israel masih tak sebesar konflik Rusia-Ukraina beberapa waktu lalu.

“Saya yakin bukan tidak berdampak signifikan, tapi market kita masih cukup manageable,” kata Direktur Utama BEI Iman Rachman di Workshop Pasar Modal, Balikpapan.

Sumber: OKEfinance