Arema FC masih terdampar di zona degradasi BRI Liga 1 2023/2024/. Hingga pekan ke-13, tim berjulukan Singo Edan itu berada di posisi ke-16 dengan 10 poin.
Upaya untuk meninggalkan zona degradasi makin berat ketika Arema FC takluk 1-3 dari Persebaya Surabaya di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Sabtu (23/9/2023).
Arema FC kini berjarak empat poin dengan tim di atasnya, Persita Tangerang. Selain itu, empat pertandingan tersisa di putaran pertama tergolong berat, yaitu melawan PSS Sleman, Borneo FC, Madura United, dan PSM Makassar.
Sebenarnya, manajemen Arema FC sudah berupaya memenuhi kebutuhan tim. Mereka ingin Singo Edan bisa segera bangkit dan memiliki posisi yang lebih bagus dalam klasemen sementara BRI Liga 1.
Dua asisten pelatih asal Portugal didatangkan untuk mendampingi Fernando Valente. Selain itu, kebutuhan pemusatan latihan di Bali juga dikabulkan. Namun, hasilnya belum sesuai ekspektasi.
Bisa dibilang saat ini Arema jadi tim dengan nama besar yang masih terjerat di papan bawah. Mereka satu-satunya tim yang punya basis suporter besar di papan bawah klasemen BRI Liga 1.
Tim lain yang ada zona merah adalah Bhayangkara FC dan Persikabo 1973. Dua tim yang basis suporternya tidak terlalu besar. Berikut tiga fakta yang membuat Arema FC masih sulit lepas dari papan bawah.
Kehilangan Momentum karena FIFA Matchday
Arema FC sempat bangkit dengan meraih kemenangan beruntun pada pekan 10 dan 11 BRI Liga 1 2023/2024. Persikabo 1973 dan Bhayangkara FC berhasil ditaklukkan, sehingga Arema FC lepas dari posisi juru kunci.
Namun, setelah itu, catatan positif Arema FC mulai terhenti. Dua laga selanjutnya berakhir imbang lawan Persita Tangerang dan kekalahan dari Persebaya.
Bisa dibilang Singo Edan kehilangan momentum, karena dua kemenangan beruntun didapat sebelum kompetisi BRI Liga 1 diliburkan dua pekan karena FIFA Matchday, sehingga pemain yang sedang on fire seperti kehilangan sentuhannya.
Waktu itu, pelatih Arema, Fernando Valente berharap timnya tidak kehilangan momentum. Dari pengalamannya di Eropa, efek libur kompetisi terkadang kurang bagus, terutama bagi klub yang sedang bangkit.
Produktivitas Gustavo Almeida Mulai Macet
Meski berada di papan bawah BRI Liga 1, Arema FC menempatkan striker, Gustavo Almeida di puncak daftar pemain tersubur. Striker asal Brasil itu mengoleksi 9 gol. Sejak awal musim hingga kini, Gustavo belum tergeser dari puncak daftar top scorer.
Namun, produktivitas gol pemain berusia 27 tahun itu kini mulai macet. Sudah tiga pertandingan berlalu tanpa gol.
Apalagi saat lawan Persebaya dia absen lantaran akumulasi kartu kuning. Arema kini bertumpu kepada pemain lain, seperti Dedik Setiawan, M. Rafli, dan Charles Lokolingoy.
Para pemain itu sudah membuat gol dan assist. Namun, lini depan Singo Edan tetap lebih berbahaya jika Gustavo tampil dengan insting gol yang tinggi. Tercatat, mantan striker Negeri Sembilan, Malaysi,a itu sudah mencetak satu hattrick dan dua kali brace.
Kembali Jadi Tim Paling Banyak Kebobolan
Kekalahan 1-3 dari Persebaya kembali membuat Arema FC jadi tim yang paling banyak kebobolan. Sudah 25 gol bersarang di gawang Singo Edan.
Padahal dalam tiga pertandingan sebelumnya mereka berhasil membuat clean sheet. Arema FC tidak lagi jadi tim paling banyak kemasukan.
Kini Arema FC, bersama tim juru kunci, Bhayangkara paling rentan kebobolan. Ini jadi pertanda jika ada yang salah dari sistem pertahanan mereka.
Jika melihat kekalahan melawan Persebaya, pemain Arema masih beberapa kali melakukan blunder. Sehingga lawan punya kesempatan lebih banyak untuk mencetak gol.
Sebenarnya, pelatih Fernando Valente coba mengurai persoalan ini. Dia menginstruksikan anak buahnya agar lebih banyak memainkan ball possession, sehingga lawan tak punya banyak kesempatan berkembang.
Namun, nyatanya saat mendapatkan pressing dari lawan, pemain Arema kehilangan ketenangan dan melakukan salah umpan.
SUMBER:BOLA