Miris, Anak-Anak di Gaza Alami Trauma Akibat Perang saat Hendak Dievakuasi

JOKERBOLA – SEKELOMPOK anak-anak Gaza yang berada di sebuah Desa Anak SOS Bethlehem yang terletak 102 km dari Rafah kota paling selatan Gaza dievakuasi bulan ini.

Setidaknya ada 68 anak yang akan dievakuasi dari Desa Anak SOS Rafah ke fasilitas amal Betlehem dengan ditemani 11 pengasuh yang merawat mereka selama di Gaza tentunya dengan dukungan pemerintah Jerman.

Salah satu anak gadis terlihat berfokus pada kegiatan memotong kata ‘Rafah’ dan menempelkannya ke sudut sprei dengan wajah sedih, takut, dan mengerutkan kening sambil terpaku ke sisi sebelahnya.

Dari sana, dia melilitkan sebuah benang berwarna kuning dengan membungkusnya membentuk simpul longgar di sekitar wajah yang marah, lalu melilitkannya kembali dalam lingkaran besar sampai mencapai ‘Bethlehem’ yang telah dia rekatkan di sudut berlawanan

Seorang Ahli dalam bidang Seni dan Terapi Psikologis, dr Mutaz Lubad mengatakan sesi ini memungkinkan anak-anak untuk melepaskan diri, membuatnya membuka ruang bagi untuk mengekspresikan diri dengan apa yang ada di pikiran mereka melalui seni.

Anak-anak sedang memproses campuran emosi yang menakutkan berupa kesedihan karena meninggalkan rumah mereka beserta beberapa anak yang keluarganya tidak menyetujui evakuasi lalu merasa lega untuk melarikan diri dari peperangan. Ketakutan akan suara bom ataupun suara-suara keras, berhasil membuat kebahagiaan sekilas saat sampai ke Betlehem dan mimpi pulang ke Rafah.

“Karena anak-anak sering merasa sulit untuk mengekspresikan apa yang mereka rasakan secara verbal, kami berusaha mencari perjuangan mereka melalui seni,” kata Lubad kepada Al Jazeera, dikutip dari laman Al Jazeera, Rabu (20/3/2024).

Dalam kegiatan seni terpadu itu setiap anak akan diminta untuk menghasilkan hal yang sama. Anak-anak dapat memilih warna yang mereka sukai, ekspresi wajah yang mereka pilih untuk titik yang berbeda dalam perjalanan mereka dan betapa berbelit-belitnya membuat benang terpaku untuk mewakili tiga hari perjalanan mereka.

“Simpul mewakili titik dimana anak-anak terpapar pada situasi yang membingungkan atau membuat mereka takut, tetapi fakta bahwa mereka pada umumnya menggunakan simpul longgar menunjukkan bahwa ini adalah hal-hal yang mereka rasakan sehingga dapat diatasi,” ucap Lubad.

“Seorang laki-laki sangat ekspresif ketika dia diberitahu bahwa akan dipindahkan dari Rafah. Meskipun dia takut dengan hal yang tidak akan diketahui kedepannya tetapi dia takut untuk meninggalkan kamar dan rumahnya. Disisi lain saat perjalanan, dia terlihat khawatir dan stres secara bergantian sampai akhirnya lega untuk aman di Bethlehem. Semua itu ditunjukkan dalam ekspresi di wajah yang dia pilih,” tuturnya.

SUMBER: Chindy Aprilia Pratiwi, Jurnalis