Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 27 bencana alam terjadi di seluruh Indonesia selama periode 11-17 Desember 2023. Mayoritas merupakan bencana hidrometeorologi.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan jumlah kejadian bencana sepanjang pekan kemarin itu tergolong sedikit dibanding pada Desember tahun-tahun sebelumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kalau misalkan 27 kejadian bencana dari sisi frekuensi cukup sedikit. Tetapi memang yang kita sesalkan adalah memakan korban jiwa,” kata Muhari dalam acara daring yang disiarkan melalui kanal YouTube BNPB Indonesia, Selasa (19/12).
“Kemarin ada beberapa kejadian di Sumbar, longsor dan banjir yang akibatnya ada dua korban jiwa,” imbuhnya.
Muhari merinci dalam sepekan ada 16 peristiwa banjir; dua bencana gempa bumi, satu kasus kebakaran hutan dan lahan; lima bencana akibat cuaca ekstrem; dan tiga bencana tanah longsor.
Puluhan peristiwa itu terjadi di 25 kabupaten/kota yang berada di 11 provinsi. Paling banyak banjir yang terjadi di Pulau Sumatera. Sebanyak 27 kejadian bencana itu pun membuat sejumlah warga harus mengungsi, rumah hingga fasilitas umum yang rusak.
Muhari menyebut sejumlah bencana itu terjadi juga dipengaruhi oleh faktor alam. Dalam sepekan terakhir misalnya, gelombang aktif ekuator yang aktif di wilayah Indonesia adalah gelombang Rossby di bagian utara pulau NTT dan bagian utara dan Maluku yang berimplikasi pada curah hujan tinggi.
“Dan berdasarkan BMKG melalui prakiraan hujan dasarian III Desember 2023, daerah dengan curah hujan tinggi, yakni sebagian Kalimantan Barat, Riau, Sulawesi Selatan, Papua Tengah dan Papua Pegunungan,” ujarnya.
Muhari mengatakan daerah berpotensi rawan banjir diprediksi terjadi di Kalimantan Barat, Aceh, dan Sulawesi Selatan.
Ia meminta agar masyarakat tetap waspada saat beraktivitas atau bahkan pergi berlibur menjelang musim natal dan tahun baru 2024 (Nataru). Masyarakat harus rutin memantau prakiraan cuaca yang dikeluarkan oleh BMKG.
Selain itu masyarakat juga diharapkan mampu mempelajari dan memahami jalur evakuasi terdekat apabila terdapat potensi bencana hidrometeorologi.
“Hal itu dapat dilihat di aplikasi INARISK peta jalur mudik rawan bencana,” katanya.