AMERIKA – Dua dekade lalu, individu pria yang dimaksud tak lulus kuliah memutuskan untuk menghadapi raksasa peta digital: Google Maps. Dua puluh tahun kemudian, upayanya yang mana gigih masih terus berlanjut dan juga bahkan semakin kuat. Inilah kisah OpenStreetMap, salah satu proyek crowdsourcing paling sukses di area internet, yang tersebut sekarang ini sudah pernah melintasi usia 20 tahun.
Dalam dunia teknologi, ada beberapa hal yang dimaksud begitu meresap ke di keberadaan kita hingga kebanyakan orang bahkan tidak ada menyadari keberadaannya. Misalnya belaka protokol internet, sistem operasi, basis data, hingga layanan cloud.
Begitu juga dengan OpenStreetMap, sebuah sistem yang tersebut digerakkan oleh komunitas, yang tersebut menyediakan data geografis kemudian peta untuk perusahaan kemudian pengembang perangkat lunak agar dia tiada terlalu bergantung pada raksasa teknologi yang menguasai pasar: Google.
OpenStreetMap adalah karya Steve Coast, individu “dropout” dari University College London.
Walau tiada lulus kuliah, Coast dikenal cerdas. Ia pernah bekerja di area Microsoft, TomTom, Telenav, lalu sekarang pada perusahaan ride-hailing selama Singapura, Grab. Rata-rata berurusan dengan peta digital.
Meskipun Coast sudah ada tiada terlibat segera di keseharian OpenStreetMap, pada sebuah tulisan dalam blog yang mana ia unggah belum lama ini untuk merayakan ulang tahun ke-20 kreasinya, ia mengenang dua kesuksesan besar di dunia open source yang dimaksud memberinya keyakinan bahwa sesuatu seperti OpenStreetMap memiliki kesempatan untuk berhasil.
“Dua dekade lalu, saya tahu bahwa peta wiki dunia akan berhasil,” tulis Coast. “Itu tampak jelas setelahnya mengawasi kesuksesan Wikipedia serta Linux. Namun saya baru benar-benar tahu bahwa OpenStreetMap akan berhasil terpencil kemudian.”
OpenStreetMap kerap dibandingkan dengan Wikipedia untuk peta. Saat ini, OpenStreetMap mengklaim miliki lebih lanjut dari 10 jt kontributor yang tersebut memetakan kemudian memperhalus segala sesuatu mulai dari jalan kemudian bangunan, hingga sungai, ngarai, juga segala hal lainnya yang mana membentuk lingkungan buatan.
Data yang disebutkan berasal dari berbagai sumber, termasuk citra udara serta peta yang tersebut tersedia secara rakyat serta yang digunakan disumbangkan, yang digunakan diperoleh dari pemerintah juga organisasi swasta seperti Microsoft.
Kontributor dapat menambahkan kemudian mengedit data secara manual melalui alat pengeditan OpenStreetMap, atau bahkan menjelajahi wilayah baru juga memetakan wilayah yang digunakan sepenuhnya baru dengan menggunakan GPS, yang digunakan sangat berguna apabila ada jalan baru yang muncul, misalnya.