JOKERBOLA– Kabar merger Smartfren dan XL Axiata kembali berhembus, artinya jika berhasil maka operator Tanah Air akan kembali ramping menjadi tiga pemain besar.
Merespons hal itu, Merza Fachys, Presiden Direktur Smartfren, menjelaskan jika pihaknya juga menanti kabar tersebut, dan tentu terbuka untuk melakukan merger.
“Ini berita yang dinanti, sepertinya sama saya juga menantinya. Kita melihat ini sebuah proses yang sedang berjalan. Seperti orang mau nikah lah, sebelumnya ada colak-colek, taaruf dulu, kalau memang nantinya jodoh maka terjadi (merger), informasinya saya belum punya, tentu manajemen juga sangat berharap terjadi,” kata Merza, disela paparan publik, kemarin.
Lebih lanjut Merza menjelaskan, apabila merger terjadi maka tidak hanya sumber finansial saja yang mampu mengakselerasi kinerja perusahaan.
“Dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, kita tahu sebentar lagi 6G akan datang. Butuh sumberdaya yang lebih besar, bukan sumber daya finansial saja. Tapi sebagai industri selular penguasaan sepekturm menjadi sangat penting,” jelas lebih lanjut.
Disamping itu menurut Merza pemerintah sebagai pengelola sepektrum juga tengah menghadapi kendala, dimana sumberdaya yang terbatas itu agar bisa dimanfaatkan dengan baik kedepan.
“Oleh sebab itu pemerintah sangat mendorong konsolidasi terjadi. Memang kemarin Indosat-Tri berhasil merger, sehingga kami yang tersisa ini didorong untuk konsolidasi. Harapannya kita sambut mudah-mudahan terealisasi,” tandasnya.
Kekuatan Smartfren dan XL Axiata
Sebelumnya, Mohammad Ridwan Effendi, Pengamat Telekomunikasi, menyebut kabar rencana merger XL Axiata dan Smartfren dilatar belakangi keinginan masing-masing untuk menambah sumberdaya frekuensi.
“Saya pikir sepertinya kedua operator telekomunikasi tersebut ingin merger dilatarbelakangi oleh keinginan menambah sumberdaya frekuensi, sementara alokasi frekuensi baru belum ada dan cenderung makin mahal. Salah satu solusi murah dan ada dasar hukum dan contoh sebelumnya, adalah merger,” kata Ridwan yang juga dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) kepada Okezone.com.
Lebih lanjut, gabungan kedua perusahaan tersebut akan sangat besar, baik dari sisi sumberdaya frekuensi maupun dari sisi kesiapan jaringan optik.
“Jika XL Axiata jadi merger dengan Smartfren, dan seluruh sumberdaya kemudian dimiliki bersama, sepertinya kekuatannya akan lebih besar dari Indosat. Peluangnya terbuka dengan UU Omnibus Law, tinggal hitung-hitungan nilai aset saja sehingga porsi sahamnya masing-masing bisa ditentukan,” ujar mantan Komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Kominfo itu lebih lanjut.
Dalam hal ini peran pemerintah jadi sangat penting, soal hitung-hitunganan efektivitas penguasaan sumberdaya.
“Jangan sampai ada operator atau gabungan operator hasil merger menguasai sumber daya terlalu banyak dibandingkan dengan sebaran jaringannya. Hal ini harus dicegah. Lainnya yang harus diperhatikan dampak terhadap persaingan usaha apakah akan semakin menguntungkan masyarakat dan negara atau tidak,” tandas Ridwan.
Sebagai catatan, Smartfren memiliki sumberdaya yang potensial, operator yang identik dengan warna merah itu memiliki keunggulan dalam hal penguasaan frekuensi dan memiliki anak usaha Moratelindo yang merupakan kompetitor utama Telkom.
XL Axiata juga tidak kalah potensial dimana mereka telah caplok link net, perusahaan yang bergerak dalam bidang penyediaan layanan melalui jaringan komunikasi broadband.
Dari sisi kepemilikan spektrum, Smartfren mengoperasikan 11 MHz untuk uplink dan 11 MHz untuk downlink di pita 800 MHz, dan 40 MHz di pita 2,3 GHz.
Sedangkan XL Axiata memiliki 45 MHz untuk uplink dan 45 MHz untuk downlink, total ada 90 MHz, dengan pita frekuensi 1,9 GHz dan 2,1 GHz digunakan untuk 5G.
Sumber: OKEtechno