Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan teknologi modifikasi cuaca (TMC) bakal terus digelar selama ada awan cumulonimbus (cb) yang bisa ditaburi garam.
Sebelumnya, TMC digelar di musim kemarau terutama untuk menekan polusi udara di seputar Jabodetabek.
“Memang BMKG sudah memberikan informasi tanggal 8 sampai 9 [September] ada potensi untuk hujan, potensi pertumbuhan awan hujan. Tapi belum diputuskan akan dilakukan TMC atau tidak,” ujar Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto kepada CNNIndonesia.com lewat sambungan telepon, Jumat (1/9).
Keputusan terkait TMC sendiri didapatkan dari hasil rapat antara Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), BMKG, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan pemangku kepentingan.
“Misalnya, yang memangku kepentingannya adalah KLHK karena ini ada polusi, maka dilakukan,” Guswanto memberi contoh.
Ia menyebut TMC sendiri masih dilakukan hingga Sabtu (2/9). Namun, TMC yang dilakukan sejak 24 September tersebut berada dalam posisi siap stand by.
“Periode kedua TMC dilakukan dengan durasi 24-2 September, namun siap stand by posisinya,” jelasnya.
“Siap stand by itu artinya di periode itu ada yang potensi pertumbuhan awan hujannya cukup, ada yang potensi pertumbuhan awan hujannya tidak cukup,” jelasnya.
Menurut pantauan CNNIndonesia.com pada Sabtu (2/9) pagi, sejumlah wilayah Jakarta tampak mendung, bahkan gerimis sempat turun di wilayah Jakarta Selatan.
“Hari ini pun tim kita juga ada stand by di Halim, tetapi semua tergantung pertumbuhan awan hujan. Kalau ada mereka terbang, kalau enggak ada ya tidak terbang,” imbuhnya.
BMKG telah melakukan TMC sejak 19 Agustus. Pada periode pertama, BMKG melakukan TMC pada 19-21 Agustus dan menghasilkan hujan pada 20 Agustus di sekitar Bogor dengan intensitas ringan hingga sedang.
Pada 22-23 Agustus, BMKG tidak melakukan TMC karena tidak ada potensi pertumbuhan awan hujan sama sekali. TMC kemudian dilakukan kembali pada 24 Agustus hingga hari ini.
Pada TMC periode kedua, hujan terjadi pada 27 dan 28 Agustus. Hujan pada 27 Agustus terjadi di seluruh Jabodetabek dengan intensitas ringan hingga lebat. Namun, di Jakarta sebagian besar hujan ringan di bawah 10 milimeter.
“28 juga ada tapi sedikit, di Bogor. Periode ke sininya itu jarang, sehingga kita tidak melakukan shorty, hanya stand by di Halim,” terang Guswanto.
TMC periode pertama sendiri dilakukan pada periode 19-21 Agustus dengan shorty TMC dari Lapangan Terbang Husein Sastranegara, Bandung. Proses modifikasi cuaca ini berhasil membuat hujan di sekitar Bogor pada Minggu (20/8) dengan intensitas ringan hingga sedang.
Lebih lanjut, Guswanto memperkirakan Sabtu (2/9) tidak akan ada proses shorty karena potensi pertumbuhan awan hujan sangat minimal sekali, bahkan cenderung tidak ada.