Xi Jinping-Biden Dirujak Warga Gegara ‘Menghilang’ saat Heboh Bencana

Presiden Xi Jinping dan Presiden Joe Biden dihujani kritik warga karena dianggap diam saja ketika berbagai bencana menghantam China dan Amerika Serikat belakangan ini.

Di China, warga mulai kebingungan karena Xi Jinping tak pernah lagi terlihat di hadapan publik sejak 31 Juli, tiga hari setelah Topan Doksuri menyapu Negeri Tirai Bambu.

Saat itu saja, Xi tampil di layar kaca untuk acara militer, bukan bicara soal bencana. Setelah itu, Xi tak pernah lagi muncul, padahal China didera berbagai bencana, mulai dari banjir hingga curah hujan amat tinggi.

Salah satu warga China di Belanda, Lin Shengliang, mengatakan kepada Radio Free Asia (RFA) bahwa ketidakhadiran Xi ini mencerminkan arogansi pemerintah.

 

Ia khawatir ketidakhadiran Xi ini dapat berdampak pada upaya-upaya penyelamatan dan pembangunan kembali pascabencana.

“Jika pemimpin nasional tertinggi tak datang ke lokasi atau tak menunjukkan kepentingan masalah itu, bagaimana jajaran di bawahnya bisa menanggapi dengan serius,” ujar Lin.

“Bahkan jika mereka menanggapi dengan serius, semua hanya berpura-pura demi menyenangkan atasan.”

Kritik tak hanya datang dari warga, tapi juga berbagai media, bahkan harian milik pemerintah, People’s Daily.

Sebagian warga sampai-sampai mengernyitkan dahi karena pemberitaan bernada kritik bisa sampai ke People’s Daily, yang biasanya menggaungkan artikel pro-pemerintah.

Salah satu kutipan pemberitaan itu berbunyi, “Jika seseorang tak dapat memimpin sebagai teladan dan mengambil inisiatif, bagaimana yang lain bisa yakin dan mau mengikuti?”

 

 

Pada 10 Agustus, People’s Daily juga melansir berita berisi kutipan, “Tanpa kepemimpinan, tak ada kepatuhan. Tanpa kepemimpinan berdasarkan teladan, tak ada kepercayaan, kutipan kata-kata sekretaris jenderal.”

Pernyataan itu diduga merujuk pada Xi yang juga menjabat sebagai sekretaris jenderal Partai Komunis China. Warganet pun mulai mencurigai komentar itu merupakan “kritik tingkat tinggi.”

Terlepas dari pemberitaan di People’s Daily, profesor ilmu politik New York City University, Xia Ming, menganggap kepemimpinan Xi memang sedang goyah hingga membuat lingkaran dalam pemerintahan sendiri khawatir.

Xia pun menduga Xi tak mau muncul di hadapan publik karena takut reaksi warga tak sesuai harapan.

“Mereka tentu harus mengatur aktor-aktor dari tengah massa, dan itu malah bakal berdampak buruk, bukannya mencapai efek yang diharapkan,” tutur Xia.