Warganet heboh Israel dan negara sekutunya, Barat, ingin membangun kanal tandingan Terusan Suez saat pasukan Zionis terus menggempur Jalur Gaza sebulan terakhir.
Beberapa Netizen mengaitkan pengeboman Israel di Gaza dengan proyek Kanal baru Ben Gurion.
“Ini bukan cuma genosida. Israel dan Amerika Serikat berencana mengubah Gaza menjadi kanal Ben Gurion, saingan Terusan Suez,” kata salah satu warganet di X, dulu bernama Twitter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kanal Ben Gurion disebut bakal memiliki jalur lebih luas dan lebih efisien dibanding Terusan Suez.
Namun, apakah benar gempuran Israel di Gaza untuk membangun Terusan Ben Gurion?
Penulis sekaligus aktivis yang fokus di isu politik global dan Timur Tengah Yvonne Ridley menilai keterkaitan perang 7 Oktober dengan proyek ini hanya kebetulan.
“Apa hubungannya dengan 7 Oktober 2023? Ya, kebetulan saja Gaza berada di tengah-tengah usulan jalur kanal besar kedua di wilayah tersebut,” kata Ridley di tulisan opini yang dirilis Middle Eyes Monitor.
Proyek Ben Gurion akan menghubungkan Teluk Aqaba di Laut Merah ke Laut Mediterania.
Jalur Gaza berada di dekat Laut Mediterania. Sementara itu, jalur proyek Ben Gurion dari Laut Merah harus berbelok terlebih dahulu untuk bisa ke Mediterania.
Jalur yang berbelok itu merupakan tanah berpasir dan perlu perawatan dengan biaya tinggi jika proyek betul-betul jadi. Israel disebut-sebut akan membom Gaza untuk melancarkan rencananya.
Pakar politik Palestina Sami Al Aryan menyebut proyek Ben Gurion sama tuan dengan sejarah pendudukan Israel di negara tetangganya.
Dia juga menilai kanal Ben Gurion merupakan rencana Israel untuk meningkatkan pengaruhnya terhadap poros perdagangan-energi dunia. Ini secara langsung berdampak ke jalur transportasi energi dan perdagangan Basra-Eropa yang berpusat di Turki.
Perkembangan tersebut, kata dia, mempunyai implikasi langsung terhadap Laut Aegea dan Mediterania sehingga memerlukan kerja sama antara Mesir dan Turki.
“Ini akan berdampak besar pada rute global dan pasti akan memainkan peran yang semakin besar dalam ketegangan regional dan memicu perang,” kata Al Aryan dikutip Turkiye Newspaper.
Satu-satunya cara menghentikan proyek tersebut untuk dihidupkan kembali adalah eksistensi warga Palestina di Gaza, demikian menurut Ridley.
“Sejauh menyangkut [Perdana Menteri Israel Benjamin] Netanyahu, mereka menghalangi proyek itu,” ujar dia.