Ibu Imam Masykur Jadi Saksi Sidang Praka Riswandi Besok

Oditur Militer bakal menghadirkan lima orang saksi dalam lanjutan sidang kasus pembunuhan berencana terhadap pemuda bernama Imam Masykur di Pengadilan Militer II-08 Jakarta pada Kamis (2/11) besok.

“Besok pemeriksaan saksi-saksi, rencananya lima orang saksi,” kata Kepala Oditurat Militer II-07 Jakarta, Kolonel Kum Riswandono Hariyadi saat dihubungi, Rabu (1/11).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menjelaskan kelima orang saksi itu adalah Fauziah, ibu rumah tangga; Fakhrulrazi, karyawan swasta; Said Sulaiman, wiraswasta; Khaidar, wiraswasta dan Briptu Toni Widya, Anggota Ditreskrimum Polda Metro Jaya.

Fauziah adalah ibu dari Imam Masykur, sementara Khaidar adalah salah satu korban selamat dari aksi tiga anggota TNI dalam perkara ini.

Tiga anggota TNI yang menjadi terdakwa adalah anggota Paspampres Praka Riswandi Manik, anggota Direktorat Topografi TNI AD, Praka Heri Sandi dan Anggota Kodam Iskandar Muda, Praka Jasmowir.

Tindak pidana disebut terjadi pada 12 Agustus lalu. Saat itu para terdakwa menemukan toko obat ilegal milik Imam Masykur di daerah Tangerang Selatan.

Salah seorang terdakwa yakni Heri Sandi lalu turun dari mobil. Ia berpura-pura sebagai pembeli dan bertanya soal tramadol kepada Imam.

Saat Imam menjawab ada, Heri lalu menghubungi Riswandi dan Jasmowir yang sedang di mobil menggunakan HT. Imam saat itu sempat berteriak ‘rampok’ hingga memancing kedatangan warga.

Salah seorang terdakwa mengatakan bahwa mereka adalah anggota, sehingga warga di lokasi membubarkan diri. Imam lalu diborgol dan dibawa ke dalam mobil.

Di dalam mobil, Imam dipukul di bagian wajah, kepala, ditendang hingga dicambuk menggunakan kabel listrik di bagian punggung. Para terdakwa lalu berangkat ke toko obat lain yang berada di wilayah Condet, Jakarta Timur.

Dengan modus berpura-pura sebagai pembeli, para terdakwa membawa korban lainnya bernama Khaidar dari toko obat di Condet itu. Khaidar juga dipukul hingga dicambuk di dalam mobil.

Dalam perjalanan, para terdakwa berkomunikasi dengan Keluarga Imam. Para terdakwa meminta uang tebusan Rp50 juta kepada keluarga.

“Kalau ibu sayang anak, ibu kirim uang 50 juta, kalau ibu tidak sayang, saya bunuh dan saya buang anak ibu,” ujar pelaku kepada keluarga imam seperti dibacakan oleh Oditur Militer di sidang sebelumnya.

Kemudian saksi III menjawab: “Pak, saya ini orang miskin, enggak punya duit. Saya mau cari duit dulu, yang penting jangan dipukulin anak ku pak”

Singkat cerita, Imam tewas di dalam mobil. Mereka kemudian panik dan sepakat untuk membuang jasad di tempat yang sepi. Dalam perjalanan, para terdakwa menurunkan korban Khaidar di sekitar Tol Cimanggis.

Jasad Imam lalu diletakkan di bagasi mobil, para pelaku sempat berhenti di apotek untuk membeli sarung tangan. Sekitar pukul 01.00 WIB pada 13 Agustus, jasad Imam lalu dibuang di sungai daerah Purwakarta.

Atas perbuatan itu, ketiganya didakwa dengan dakwaan kesatu primer Pasal 340 KUHP jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP. Subsider Pasal 338 KUHP jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP. Lebih Subsider Pasal 351 Ayat (3) KUHP jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP dan Kedua Pasal 328 KUHP jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.