INFO NASIONAL – Kementerian Kelautan serta Perikanan (KKP) meyakinkan pemanfaatan hasil sedimentasi di area Perairan Morodemak, Jawa Tengah sebagai langkah strategis untuk menyokong hidup publik pesisir. Di antaranya untuk menghindari perkampungan nelayan dari abrasi, pendangkalan alur kapal, hingga perbaikan kualitas habitat pesisir.
Sedimentasi yang mana terjadi di tempat kawasan pesisir Morodemak menjadi salah satu tantangan utama bagi biosfer laut kemudian aktivitas nelayan. Akumulasi sedimentasi di tempat laut menyebabkan turunnya kualitas ekosistem pesisir, sehingga menghambat aktivitas nelayan.
“Pengelolaan sedimentasi ini bertujuan untuk meningkatkan daya membantu serta daya tampung sistem ekologi pesisir,” ujar Plt. Direktur Perencanaan Ruang Laut Ditjen Pengelolaan Kelautan dan juga Perikanan KKP, Suharyanto, Kamis, 17 Oktober 2024.
Suharyanto menenekankan bahwa pengelolaan sedimentasi tidak ada cuma berfokus pada pembersihan, tetapi juga pada upaya meminimalisir dampak jangka panjang sedimentasi itu sendiri. Pengelolaan sedimentasi secara efektif juga dapat meningkatkan hasil tangkapan. Sebab jalur pelayaran perikanan menjadi lebih besar aman, sehingga para nelayan tak perlu khawatir kapal mereka itu terjebak di area perairan dangkal akibat sedimentasi.
“Kita berharap, langkah ini mampu diadopsi lalu menjadi contoh bagi daerah-daerah pesisir lainnya pada Indonesia,” kata dia.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Perikanan dan juga Keilmuan Kelautan Universitas Diponegoro, Prof. Denny Nugroho Sugianto, turut menyampaikan pandangannya mengenai pentingnya pemanfaatan hasil sedimentasi sebagai langkah kunci di rehabilitasi ekosistem pesisir dalam Morodemak yang mana telah dilakukan mengalami penurunan.
“Pemanfaatan sedimen yang dimaksud tepat dapat memberikan faedah ganda, yaitu memulihkan sistem ekologi pesisir yang dimaksud rusak kemudian membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Sebagai pakar coastal engineering, Prof. Denny menggarisbawahi kecacatan yang mana signifikan di dalam wilayah pesisir Demak, termasuk kegagalan garis pantai, hilangnya habitat mangrove, kemudian rusaknya tambak akibat abrasi.
“Kerusakan di tempat wilayah pesisir ini telah sangat parah, dengan abrasi yang digunakan menyebabkan hilangnya lahan tambak serta ekosistem mangrove. Oleh oleh sebab itu itu, pengelolaan hasil sedimentasi menjadi sangat penting untuk meringankan beban warga yang digunakan terdampak langsung,” katanya.
Menurutnya, pengelolaan sedimen juga membantu memulihkan keseimbangan alamiah sehingga fungsi lingkungan pesisir dapat dipulihkan secara optimal. Ia menekankan bahwa pengelolaan sedimentasi memerlukan pendekatan holistik yang tersebut melibatkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, akademisi, hingga publik lokal.
Sebagai informasi, rehabilitasi di tempat Morodemak akan diadakan dengan pemasangan breakwater yang dimaksud terbuat dari buis beton, item lokal yang digunakan dapat dibuat kemudian dimanfaatkan oleh warga setempat. Buis beton ini nantinya akan diisi dengan sedimen, ditutupi dengan karung untuk mengurangi penyebaran, serta disusun secara berlapis sebagai penghalang pertama terhadap gelombang.
Dengan pengelolaan sedimentasi yang digunakan terencana dan juga partisipasi terlibat masyarakat, langkah ini diharapkan mampu memulihkan ekosistem pesisir secara berkelanjutan juga meningkatkan ketahanan publik pesisir di menghadapi tantangan lingkungan yang dimaksud ada.(*)