Walhi Wanti-wanti Potensi Karhutla Hawaii Bisa Terjadi di Indonesia

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mewanti-wanti pemerintah bahwa kebakaran hutan dan lahan (karhutla) seperti di Hawaii yang menelan banyak korban jiwa bisa saja terjadi di Indonesia.

Manager Kampanye Hutan dan Kebun Eksekutif Nasional WALHI Uli Arta Siagian menyebut secara historis, Indonesia juga pernah mengalami karhutla parah. Salah satunya terjadi pada 2014-2015 silam.

Uli menyebut karhutla rentan terjadi di lahan gambut. Sebab, gambut mudah terbakar.

“Kalau ditanya apakah dia bisa terjadi di Indonesia menurut kami, sih, bisa, karena memang satu soal situasi Indonesia itu kan secara historis kebakaran hutan banyak terjadi di lahan gambut,” kata Uli kepada CNNIndonesia.com, Selasa (15/8).

 

Uli menyebut potensi itu diperkuat dengan fenomena El Nino. Musim panas akan lebih panjang dari tahun-tahun sebelumnya. Hal itu akan memicu terjadinya percepatan karhutla.

“Diprediksi bahkan sampai awal tahun depan. Nah, situasi panas dan kering ini akan memicu percepatan dan perluasan kebakaran lahan. Kalau ini tidak ditangani serius, akan mengancam,” ucap dia.

Dalam kajian WALHI sejak Januari sampai Juni, Uli menyampaikan beberapa wilayah seperti Riau, Kalimantan Tengah dan Barat, serta Jambi rentan terjadi karhutla di lahan gambutnya.

Apalagi, kata Uli, banyak izin usaha dikeluarkan oleh pemerintah di wilayah tersebut. Imbasnya, ekosistem gambut menjadi rusak dan mudah terbakar.

“Gambutnya kering dan mudah sekali memantik api. Dan ketika terjadi karhutla, api itu tersimpan di gambut dalam, ketika dipantik terus dia akan mudah terjadi kebakaran hutan,” tutur Uli.

Uli menegaskan mungkin karhutla di Hawaii dan di Indonesia tidak akan sama persis. Namun, harus diwaspadai karena banyak titik karhutla berada di kawasan permukiman, seperti di Hawaii.

“Di Indonesia wilayah yang terbakar itu tidak sedikit yang berada di pemukiman,” ujarnya.

Uli juga mengingatkan agar pemerintah memaknai korban dengan lingkup yang lebih luas. Menurut Uli, korban jiwa itu tidak hanya bermakna jika korban meninggal dunia saja.

Dia berpendapat korban yang menderita Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) karena asap karhutla juga harus dianggap serius. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) setelah kejadian karhutla 2014/2015 sebanyak 39.002 warga mengidap ISPA.

 

“Ketika kejadian karhutla terjadi setiap tahun dan orang mengidap ISPA itu menyebabkan kematian dini. Itu artinya situasi tubuhnya rusak, harapan hidupnya lebih pendek dibanding situasi itu,” ucap dia.

“Nah, mungkin korban jiwa bisa dimaknai seperti itu. Tapi, pasti dia akan menyebabkan korban jiwa kalau tidak ditangani serius,” imbuhnya.

CNNIndonesia.com menghubungi Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Wamen LHK) Alue Dohong dan Sekretaris Jenderal KLHK Bambang Hendrojono untuk meminta tanggapan terkait peringatan Walhi tersebut. Namun, keduanya belum merespons.

Hawaii menjadi sorotan usai kebakaran melanda Maui hingga Lahaina sejak Selasa pekan lalu.

Korban tewas hingga imbas kebakaran Hawaii mencapai lebih dari 100 orang. Operasi penyelamatan dan pencarian masih terus berlanjut.