Seorang fisikawan Rusia mendesak Presiden Vladimir Putin untuk menyerang Ukraina dengan senjata nuklir. Serangan ini guna mempercepat hasil perang dan memutus rute pasokan bantuan ke Kyiv dari negara-negara Barat.
Desakan ini disampaikan fisikawan sekaligus profesor di Universitas Negeri Perm bernama Anatoly Volyntsev dalam sebuah surat ke Putin. Surat kabar independen Rusia Novaya Gazeta kemudian melakukan wawancara langsung dengan Volyntsev tentang isi surat tersebut.
Volyntsev mengatakan ia meminta Putin untuk mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir dalam perang “untuk mencapai semua tujuan dengan lebih cepat”. Mengingat, ujarnya, konflik tersebut telah berkecamuk selama dua setengah tahun.
“Situasi di garis depan telah menjadi sangat macet dan berlarut-larut,” katanya, menambahkan bahwa Moskow telah gagal melakukan “tindakan militer terobosan besar”, dikutip dari Newsweek, Jumat (16/8/2024).
“Meskipun Rusia memiliki keuntungan, kami bergerak cukup lambat,” kata fisikawan tersebut.
Ia berujar orang-orang di Rusia terus memberi pertanyaan. Terutama tentang kapan akhirnya perang selesai dan Kremlin mendapat apa yang diinginkan.
“Kita harus menanggung serangan teroris di tanah Rusia, dan serangan ini sebenarnya diorganisir oleh Barat, dengan bantuan senjata Barat, dengan bantuan sumber daya intelijen mereka, bahkan dengan partisipasi langsung dari kolektif Barat. Dan kita tidak menanggapi,” katanya lagi.
“Dan di sini orang-orang punya pertanyaan mengapa tidak menanggapi dengan benar, kita adalah kekuatan nuklir?” tegasnya.
Secara rinci, Volyntsev mengusulkan penggunaan senjata nuklir untuk menyerang Terowongan Beskydy Ukraina. Ini adalah jalur kereta api di wilayah Lviv yang dilaporkan digunakan untuk mengangkut senjata Barat untuk digunakan Angkatan Bersenjata Ukraina.
Ia mengatakan akan sangat sulit untuk menghancurkannya dengan senjata konvensional. Mengingat terowongan adalah “tempat perlindungan bom yang paling dapat diandalkan”.
“Kekuatan destruktif senjata nuklir jauh lebih besar,” kata fisikawan itu lagi.
Volyntsev menyarankan juga penggunaan “bom hidrogen kecil” untuk melakukan “serangan nuklir ringan”. Menurutnya ini penting “untuk memblokir rute pasokan utama”.
“Ya, beberapa radioaktivitas akan terjadi. Namun ini adalah pilihan yang tidak meninggalkan kontaminasi radioaktif yang besar di atmosfer dan beban di tanah,” katanya.
“Ya, akan ada korban jiwa… tetapi semuanya dapat dilakukan dengan kerusakan minimal,” ujarnya.
“Tanpa bantuan Barat, semuanya sudah berakhir sejak lama. Bagaimana bantuan Barat ini dapat dihentikan?. Penting untuk memblokir aliran senjata, material dan peralatan lain yang memungkinkan rezim Ukraina tetap eksis.”
Perang Putin di Ukraina, yang kini memasuki tahun ketiga, telah meningkat dalam beberapa hari terakhir. Ini setelah Kyiv melancarkan serangan mendadak ke wilayah Kursk Rusia pada tanggal 6 Agustus, merebut wilayah yang hampir sama luasnya dengan wilayah yang telah direbut Moskow di Ukraina sejak awal tahun.
Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina Oleksandr Syrsky mengatakan Kyiv kini menguasai sekitar 1.000 kilometer persegi (386 mil persegi) Kursk. Rusia sendiri mengumumkan keadaan darurat di perbatasan.
SUMBER : CNBCINDONESIA