Beijing – eksekutif China mengaku prihatin terhadap rencana inovasi strategi persenjataan nuklir Amerika Serikat (AS) yang disebut untuk menanggulangi peningkatan kemampuan nuklir Tiongkok.
"China sangat prihatin melawan pemberitaan (perubahan rencana militer) tersebut. Seperti yang telah terjadi kita lihat beberapa tahun terakhir, Negeri Paman Sam sudah menyampaikan China sebagai 'ancaman nuklir' lalu menggunakannya sebagai dalih bagi Negeri Paman Sam untuk mengabaikan kewajiban untuk melucuti senjata nuklir," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning di konferensi pers dalam Beijing, Rabu (21/8).
Dalam pemberitaan media di area AS, Presiden Joe Biden disebutkan pada Maret 2024 menyetujui rencana strategi nuklir Amerika Serikat yang dimaksud sangat rahasia, yang tersebut untuk pertama kalinya, mengubah strategi Amerika dari tadinya penggentaran menjadi fokus pada respons melawan peningkatan pesat senjata nuklir China.
Perubahan strategi itu terjadi akibat Pentagon yakin kemampuan senjata nuklir China akan menyaingi ukuran juga keragaman senjata milik Amerika Serikat kemudian Rusia untuk dekade berikutnya.
"AS malah memperluas persenjataan nuklirnya sendiri, lalu mencari dominasi strategis yang tersebut absolut. Ukuran persenjataan nuklir China tidak ada sejenis dengan AS," tambah Mao Ning.
China, kata Mao Ning, mengikuti kebijakan "tidak menggunakan senjata nuklir terlebih dahulu" serta setiap saat menjaga kemampuan nuklirnya pada tingkat minimum yang dimaksud dipersyaratkan oleh keamanan nasional.
"Kami tiada berniat untuk terlibat di segala bentuk perlombaan senjata dengan negara lain. Sebaliknya, Amerika Serikat mempunyai persenjataan nuklir terbesar lalu tercanggih dalam dunia," ungkap Mao Ning.
Mao Ning menyampaikan meskipun Negeri Paman Sam berpegang pada kebijakan bahwa nuklir tidak alat penggentaran yang tersebut pertama, tetapi Negeri Paman Sam berinvestasi besar untuk meningkatkan "triad nuklir" lalu secara terang-terangan merancang strategi penggentaran nuklir terhadap pihak lain.
"Triad nuklir" adalah struktur kekuatan militer tiga matra yang dimaksud terdiri dari rudal nuklir yang mana dirilis dari darat, kapal selam bersenjata rudal nuklir kemudian pesawat strategis dengan bom lalu rudal nuklir.
"AS adalah sumber utama ancaman nuklir dan juga risiko strategis pada dunia. China mendesak Amerika Serikat untuk memenuhi kewajiban di pelucutan senjata nuklir dengan lebih tinggi lanjut melakukan pemangkasan ekstrem lalu substantif terhadap persenjataan nuklir, menghentikan distribusi senjata nuklir kemudian perluasan aliansi nuklir maupun tindakan negatif lain yang merusak perdamaian kemudian stabilitas global dan juga regional," kata Mao Ning.
Dokumen strategi keamanan mengenai senjata nuklir Amerika Serikat yang dimaksud diperbarui setiap empat tahun atau lebih tinggi itu serta sangat rahasia sehingga tidak ada ada salinan elektroniknya, belaka banyak kecil salinan cetak yang didistribusikan ke beberapa pejabat keamanan nasional lalu komandan Pentagon.
Estimasi intelijen Amerika Serikat menunjukkan China dapat meningkatkan kemampuan senjata nuklir dari 500 menjadi 1.000 hulu ledak pada 2030 sedangkan Rusia ketika ini memiliki sekitar 4.000 hulu ledak nuklir, hal itu menjadi pendorong utama inovasi strategi nuklir AS.
Laporan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) pada 2023 menyebutkan jumlah keseluruhan hulu ledak nuklir di dalam seluruh dunia meningkat menjadi 9.576 pada 2023 dari tadinya 9.440 pada 2022.
Terdapat sembilan negara dalam dunia yang mempunyai hulu ledak nuklir, yaitu Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Perancis, China, India, Pakistan, Korea Utara juga Israel.
Dari 9.576 hulu ledak tersebut, sebanyak 3.844 di dalam antaranya berada pada sikap terpasang pada misil ataupun pesawat lalu siap menyerang sewaktu-waktu, sedangkan sisanya berstatus cadangan.
Selain itu, sekitar 90 persen senjata nuklir di tempat dunia dimiliki oleh Negeri Paman Sam serta Rusia, dua rival yang mana tak lepas dari warisan era Perang Dingin.
Negara-negara yang dimaksud tercatat menambah jumlah agregat hulu ledak nuklir adalah Rusia, China, India, Pakistan, juga Korea Utara.
China disebut mengalami pertumbuhan pesat senjata nuklir, dengan menambah total hulu ledak nuklir menjadi 410 dari 350. Negara yang disebutkan juga disebut berpotensi memiliki rudal balistik antarbenua (ICBM) sebanyak Amerika Serikat atau Rusia pada akhir dekade ini.
Meski AS, Inggris, Prancis, juga negara Israel tercatat bukan menambah jumlah agregat senjata nuklir mereka, tetapi negara-negara yang dimaksud diyakini tak tinggal diam dengan langkah negara-negara yang menambah total hulu ledak nuklir.
Empat negara itu diyakini sedang melakukan pengembangan terhadap senjata nuklir lalu diprediksi akan menambah persediaan hulu ledak di tempat masa depan.
Konflik geopolitik yang dipicu invasi Rusia ke tanah Ukraina yang dimaksud sudah berlangsung hingga lebih tinggi dari dua tahun diyakini memperburuk ancaman peperangan nuklir.
Sebelumnya pada 2022, Inggris lalu Amerika Serikat merahasiakan kekuatan nuklir mereka, Rusia juga menarik diri dari perjanjian pelucutan senjata nuklir dengan Negeri Paman Sam (New START), sedangkan Negeri Paman Sam juga menangguhkan dialog bilateral dengan Rusia terkait hal yang dimaksud sama.