China Investasi US$11,5 M, Apa Untung Buat Warga Rempang?

Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah akan terus mendorong realisasi investasi di Pulau Rempang, melalui pembangunan Rempang Eco Park. Ini ia tegaskan meski ada penolakan pengambilalihan lahan dari masyarakat setempat.

Menurut Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, pengembangan Rempang melalui investasi akan menjadi mesin ekonomi baru bagi Indonesia. Salah satu investasi yang masuk ke dalam pembangunan Rempang Eco City itu berasal dari produsen kaca China, Xinyi Glass Holdings Ltd. Perusahaan itu telah berkomitmen membangun pabrik pengolahan pasir kuarsa senilai US$11,5 miliar dan menjadikannya sebagai pabrik kaca kedua terbesar dunia setelah di China.

Penegasan terkait investasi ini Bahlil sampaikan seusai rapat koordinasi dan rapat teknis penanganan Rempang di Hotel Marriott, Batam, kemarin. Ia rapat bersama dengan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Hadi Tjahjanto, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Wakapolri Komjen Pol Agus Andrianto, Gubernur Kepri Ansar Ahmad, dan Kepala BP Batam Muhammad Rudi.

“Yakinlah bahwa investasinya ini untuk kesejahteraan rakyat. Dengan menciptakan banyaknya lapangan pekerjaan, pendapatan masyarakat juga akan meningkat,” ujar Bahlil dikutip dar keterangan tertulis, Senin (18/9/2023).

Bahlil juga menegaskan bahwa pemerintah pusat akan terus mendukung langkah BP Batam dalam melakukan pendekatan humanis ke masyarakat Rempang. Khususnya dalam melakukan sosialisasi dan pendataan terhadap warga yang terdampak pengembangan. Para warga itu akan direlokasi ke wilayah baru dengan disediakan rumah tipe 45 dan lahan 500 m2.

“Untuk investasi, kita bersaing dengan negara luar. Kita tidak bisa menunggu karena investasi ini akan menciptakan banyak lapangan pekerjaan. Yang paling penting, komunikasi ke masyarakat harus jauh lebih baik,” tutur Bahlil.

Rempang Eco City untuk Xinyi Glass Holdings sendiri akan memanfaatkan lahan seluas 2.000 hektare (ha) dari total 17.600 ha lahan yang dikelola PT MEG (Makmur Elok Graha) selaku pemegang hak pengelolaan wilayah di Pulau Rempang itu sejak 2004. Oleh sebab itu, Kepala BP Batam Muhammad Rudi mengatakan, potensi Rempang untuk menyerap investasi masih sangat besar.

“Sebelumnya di daerah Rempang dan Galang itu belum ada proyek besar di sana, maka dengan kita buka ini orang yakin kita serius dan tepat apa yang jadi komitmen kita, apalagi Pak Presiden sampaikan investasi sangat dibutuhkan Indonesia,” kata Rudi dalam program Power Lunch CNBC Indonesia, Jumat (15/9/2023).

“Kalau Rempang ini jalan di atas 2.000 ha maka yang 5.000 ha bisa jalan lebih lancar karena yang 2.000 ha saja investasi lebih kurang US$ 11,5 miliar, dan itu kalau di rupiah kan mungkin sekitar Rp 170-an triliun,” tuturnya.

Manfaat terbangunnya Rempang Eco City sendiri bagi masyarakat sekitarnya yang terdampak pembangunan, menurut Rudi akan cukup banyak. Pertama, jumlah penyerapan tenaga kerjanya dari khusus wilayah Rempang dan Galang termasuk wilayah Belakang Padang akan mencapai 30 ribu orang.

“Kita sudah sepakat dengan PT MEG tenaga kerjanya dididik dari sekarang, karena kalau Xinyi bangun pabrik kaca mulai hari ini, maka mungkin 2-3 tahun ke depan baru selesai dari pelabuhan sampai dengan bangunannya. Maka, kita masih punya waktu untuk didik anak-anak kita,” ujar Rudi.

BP Batam pun menurutnya sudah menjalin kerja sama dengan dua perguruan tinggi di Batam, satu Politeknik Batam, dan dua Universitas Ali Haji supaya membuka fakultas khusus yang dibutuhkan oleh perusahaan yang akan berinvestasi, sehingga bisa menjadi tenaga kerja di sana. BP Batam pun juga akan membangun sekolah vokasi setara SMK di wilayah masyarakat yang terdampak pembangunan Rempang Eco City.

Jumlah masyarakat yang terdampak pembangunan Rempang Eco City seluas 2.000 ha itu sebanyak 700 KK yang berasal dari tiga kampung, yakni Kampung Sembulang Hulu, Sembulang Tanjung, dan Pasir Panjang. Mereka pun akan direlokasi ke sebuah kampung baru bernama Kampung Pengembangan Nelayan Maritime City dengan mendapat rumah type 45 dan lahan seluas 500 m2.

“Intinya dari tenaga kerja saja mereka sudah dapat hasilnya, dan kedua jumlah tenaga kerja awalnya saja 30 ribu, maka hasil nelayan mereka bisa digunakan untuk daerah situ saja sehingga mereka tak perlu jauh-jauh jual hasilnya, mereka cukup di situ saja,” tutur Rudi.

Menurut Rudi, masyarakat Rempang dan Batang juga tentu akan semakin melek teknologi, karena perusahaan bertaraf internasional seperti Xinyi tentu akan memanfaatkan perkembangan teknologi dalam mengoperasikan perusahaannya.

“Minimal kita bodoh pun kalau bergabung dengan orang pintar kita bisa jadi pintar. Kita harap warga Rempang-Galang sekitarnya yang mungkin hari ini kita semua tahu di sekitar pulau sana tidak tersentuh dan tidak terbangun kita harap dengan perusahan ini masuk banyak orang masuk ke sana dan pasti bisa bertukar ilmu,” ungkapnya.

SUMBER:CNBC