JOKERBOLA– Ratusan peserta Festival Burung Berkicau Bupati Cup Tingkat Nasional dalam rangka memperingati HUT ke-189 Kabupaten Temanggung dari berbagai daerah di Indonesia turun gelanggang mengadu suara indah burung jagoannya masing-masing. Kicau burung-burung yang bersahutan dalam sangkar terdengar begitu indah yang kemudian dinilai oleh para dewan juri.
Burung yang diikutkan dalam perlombaan ini ternyata bukan sembarang burung, sebab selain memiliki kicauan indah, harga jual burung tersebut juga selangit, bisa mencapai puluhan juta rupiah. Semakin sering menjadi juara semakin tinggi pula harganya, sehingga wajar jika pecinta burung tidak sekadar menikmati keindahan kicauannya, tapi juga bisa mendulang rupiah dari hobi ini.
Anjit (25), peserta Festival Burung Berkicau Bupati Cup Tingkat Nasional di Alun-Alun Temanggung, mengatakan, selama lima tahun bergelut dengan lomba burung, ia sudah makan asam garam dunia perburungan. Benar adanya, tak sekadar menjalani hobi, dari burung, dia sekaligus menyandarkan penghasilannya. Tak main-main burung termahal yang pernah ia jual sampai Rp 50 juta.
“Kali ini saya bawa burung Sogon, dulu belinya Rp 3 juta-an. Tapi saya pernah jual burung yang sering juara itu paling mahal laku Rp 50 juta. Burung itu semakin sering menang lomba, maka harganya pun akan semakin mahal, jadi menghasilkan secara ekonomi, saya sendiri total di burung,” ujar pemuda asal Kalibeber, Kabupaten Wonosobo, yang dihubungi tim JOKERBOLA.
Anjit pun mengaku kerap mengikuti lomba burung dari daerah ke daerah di Indonesia, dengan sebelumnya baru saja ikut lomba di Jepara, dan Cilegon. Dengan ikut lomba burung ini tentunya akan menambah relasi antar pecinta burung, selain itu juga bertambah ilmu, dengan bertukar kawruh dengan sesama kicau mania dan juga saling mengamati burung yang dilombakan, sehingga menjadi motivasi.
Cara melatihnya pun dibutuhkan ketelatenan dan kejelian, seperti harus sering dibawa ke lapangan untuk latihan, tentunya diikutkan dalam lomba sangatlah penting. Tak kalah penting juga harus memperhatikan pakan harian, bagi burung untuk perlombaan, kata Anjit burungnya diberi pakan dengan campuran telur, susu, madu, dan sirup. Artinya, soal gizi juga menjadi bagian utama untuk burung dan agar tidak stres burung harus secara berkala diumbar.
Ketua DPRD Temanggung Yunianto, yang juga gemar beternak mengatakan, melalui hobi burung ini memiliki multi player efect secara ekonomi, sebab dari memelihara burung ini bisa dijual yang kemudian menghasilkan pundi-pundi rupiah. Bahkan melalui lomba burung di Temanggung ini juga bisa sekaligus mengangkat destinasi wisata di Kabupaten Temanggung. Hal positif lainnya dari para kicau mania, dan peternak burung lokal untuk mengembangbiakkan berbagai jenis burung agar tidak punah, termasuk harus dikembangkan pula di alam. Di satu sisi untuk mengukur sisi prestasi memang harus diadu melalui lomba kicau.
“Di Temanggung sudah ada komunitas pecinta burung meski baru regional, tapi juga ada yang sudah masuk nasional yang jenis Anis Merah, hanya saja tidak bisa diternak di Temanggung, tapi di Bali dan Tasikmalaya itu sudah kekayaan alam secara geografis termasuk iklim, sebab Anis Merah harus curah hujan tinggi hawanya dingin itu di pegunungan Bali dan Tasikmalaya. Namun masih banyak jenis lain yang bisa dikembangkan dan dibudidayakan di Temanggung seperti Murai, Kenari, Cucak Rowo, dan lainnya. Pastinya punya nilai ekonomis tinggi,” katanya. (MC.TMG/ary;ekp)
Sumber:Media center Temanggung