Api Sudah Capai Gunung-gunung, Simak Daftar Daerah Rawan Karhutla

Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tak cuma melanda lahan-lahan gambut. Kawasan hutan dan padang rumut di pegunungan, terutama di Jawa, turut jadi korban imbas kekeringan panjang.

Sejak awal tahun, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mewanti-wanti efek kedatangan fenomena El Nino, salah satunya kebakaran hutan.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati pun meminta para pendaki gunung untuk tidak melakukan aktivitas yang bisa menyebabkan terjadinya kebakaran di wilayah pegunungan.

“Misalnya kita hiking di Jawa itu jangan mudah membuang puntung rokok ya, akan terbakar meskipun bukan lahan gambut,” tuturnya, Januari lalu.

Benar saja, saat El Nino sudah hadir dan mencapai level moderat, beberapa hutan dan gunung di Jawa terbakar.

Yang terbaru di antaranya adalah kebakaran di kawasan Bukit Teletubies, Taman Nasional Gunung Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Jumat (1/9) malam.

Selain itu, karhutla di kawasan jalur pendakian Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Sapuran dan Kecamatan Kepil, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Jumat (1/9).

Ada pula kebakaran di Gunung Gede, Ponorogo, Selasa (5/9).

Berdasarkan peta Drough Code (DC) atau daerah dengan tingkat kemudahan terbakar di lapisan bawah permukaan tanah yang diperbarui pada 4 September 2023, BMKG mengungkap daerah-daerah rawan karhutla sejalan dengan zona dengan curah hujan amat kecil.

DC sendir menunjukkan tingkat potensi kemudahan terjadinya kebakaran ditinjau dari parameter cuaca pada bahan organik padat di lapisan bawah permukaan tanah dan bahan-bahan kayu berat (seperti gelondongan kayu) di permukaan tanah.

Mewakili tingkat kekeringan lapisan tanah organik padat yang biasanya berada pada kedalaman >10 cm dan juga mewakili tingkat kekeringan bahan-bahan kayu berat (seperti gelondongan kayu) di permukaan tanah.

Dalam peta dan data tersebut disajikan dalam bentuk warna dan rentang dengan deskripsi sebagai berikut:

Biru (0 – 140): Kondisi lapisan permukaan tanah bagian bawah dalam kondisi basah. Perlu waktu lebih dari 4 pekan tanpa hujan untuk mencapai kondisi sangat kering.

Hijau (141 – 260): Kondisi lapisan permukaan tanah bagian bawah dalam kondisi lembab. Perlu waktu setidaknya 2 pekan tanpa hujan untuk mencapai kondisi sangat kering.

Kuning (261 – 350): Kondisi lapisan permukaan tanah bagian bawah dalam kondisi kering. Kekeringan mulai terjadi, pengawasan kegiatan pembakaran lahan perlu diperketat. Jika dalam kurun waktu 5 – 7 hari ke depan tidak terjadi hujan, dapat meningkat menjadi kategori sangat kering.

Merah (>350): Kondisi lapisan permukaan tanah bagian bawah dalam kondisi sangat kering. Kekeringan mulai mencapai kondisi ekstrim, pelarangan kegiatan pembakaran lahan perlu digalakkan.

Berdasarkan warna, rentang, dan deskripsi di atas, berikut merupakan wilayah-wilayah Indonesia sesuai dengan kategori tersebut:

1. Warna Biru (0-140): seluruh Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Kalimantan Utara, Papua, Papua Tengah, Papu Pegunungan, dan Papua Barat, sebagian besar Kalimantan Barat, dan Jambi, setengah dari Provinsi Bengkulu, separuh dari Provinsi Maluku Utara, hampir separuh Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah, dan sebagian kecil dari Sulawesi Tengah.

2. Warna Hijau (141-260): sebagian kecil dari Provinsi Riau, Jambi, Sumatra Selatan, dan Bengkulu, kurang dari separuh wilayah Provinsi Kalimantan Barat, sebagian kecil dari Provinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Papua Selatan.

3. Warna Kuning (261 – 350): sebagian besar dari Jambi, nyaris seluruh wilayah Sumatra Selatan, mayoritas Sulawesi Tenggara dan Maluku, sebagian kecil Kalimantan Tengah, Gorontalo, Maluku Utara, sebagian kecil dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, sebagian kecil Papua Selatan.

4. Warna Merah (>350): seluruh wilayah Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, Bali, NTT, NTB, Kalimantan Selatan, hampir separuh wilaya Sulawesi Selatan, sebagian kecil dari Sumatra Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, sebagian kecil dari Sulawesi Barat, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan sebagian kecil Papua Selatan.