Alasan Pembalap MotoGP Bisa Selamat Usai Kecelakaan Mengerikan 200 Kpj

Jatuh dari motor saat kecepatan lebih dari 200 km per jam adalah hal mengerikan, namun jika hal ini terjadi pada pembalap MotoGP saat balapan probabilitas fatal sangat kecil.

Kemungkinan tewas karena kecelakaan saat balapan telah berkurang seiring waktu, pengetatan regulasi serta orientasi keselamatan yang semakin mengerucut.

Ketika Anda kecelakaan 200 km per jam di jalanan, kemungkinan besar Anda bakal menghantam banyak objek.

Jatuh di sirkuit MotoGP bakal lebih aman sebab didesain punya aspal rata, ada bagian besar buat meredam momentum seperti area pasir di sekitar tikungan dan tak banyak tembok sepanjang lintasan.

Selain soal sirkuit, pembalap MotoGP juga dibekali latihan menyelamatkan diri dan menggunakan perangkat keselamatan paling modern buat meminimalkan dampak kecelakaan.

Helm

Helm menjadi perangkat utama yang melindungi pembalap MotoGP saat terjadi kecelakaan. Pada 2019, FIM (Federation Internationale de Motocyclisme) memperkenalkan peraturan baru mewajibkan pembalap harus dihomologasi dengan standar FIM.

Hal ini dilakukan untuk meningkatkan perlindungan dari cedera otak yang dapat diakibatkan benturan keras saat balapan.

Pertama, produsen helm harus memastikan helm mereka memenuhi salah satu dari tiga standar yang diakui secara internasional: ECE di Eropa, JIS di Jepang dan Snell di Amerika Serikat. Setelah itu, mereka dapat mengajukan permohonan untuk mendapatkan persetujuan FIM.

Baju balap

Pakaian balap modern adalah peralatan canggih dan di MotoGP dipersonalisasi pada setiap pembalap. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan kenyamanan dalam posisi agresif yang diambil oleh para pembalap di atas motor.

Baju balap ini dibekali beberapa komponen untuk menjaga keamanan pembalap ketika kecelakaan, salah satunya adalah airbag.

Airbag

Airbag diposisikan di sekitar punggung, bahu dan tulang rusuk di dalam baju balap dan dirancang untuk menyerap benturan yang terjadi ketika jatuh dari motor.

Dikutip dari Autosport, baju balap dilengkapi akselerometer, giroskop dan GPS. Airbag diaktifkan ketika sensor mendeteksi pengendara terjatuh.

Perangkat lunaknya sangat pintar dan dapat membedakan antara insiden yang benar-benar terjadi dan nyaris terjadi, sehingga airbag tidak mengembang tiba-tiba.

Pelindung tubuh

Selain airbag, baju balap juga dilengkapi berbagai pelindung yang dirancang menyerap hantaman dan menyebarkan gaya benturan. Siku, bahu, lutut dan pinggul mendapatkan perhatian paling besar dalam hal ini.

Sarung tangan

Selain baju balap, perlengkapan keselamatan pembalap juga mencakup sarung tangan yang terbuat dari kulit. Sistem pengikat yang aman harus dimiliki sarung tangan pembalap agar tidak robek jika terlempar ke aspal.

Sarung tangan pembalap dilengkapi lapisan pelindung di telapak tangan dan pergelangan tangan. Kemudian, buku-buku jari pun biasanya juga diperkuat.

Jari kelingking dan jari manis pada setiap sarung tangan biasanya ditambatkan satu sama lain untuk membatasi kemungkinan cedera.

Sepatu

Sepatu juga menjadi elemen sangat penting dalam baju balap. Saat ini, sepatu balap terdiri dari sepatu bagian dalam dan kulit luar.

Sepatu bagian dalam dikelilingi sejenis kerangka yang memberikan perlindungan tambahan pada tumit dan pergelangan kaki secara khusus.

Kedua bagian sepatu disatukan oleh bagian yang memungkinkan kaki bergerak bebas tetapi mencegah penekukan berlebihan jika kecelakaan. Busa juga disertakan untuk menyebarkan kekuatan benturan dan mengurangi kemungkinan patah tulang.

Pelindung punggung dan dada

Pelindung punggung modern memiliki panel bergerak yang memungkinkan pengendara bergerak dengan bebas di atas motor mereka. Ventilasi mencegah penumpukan kelembapan dan menjaga pengendara tetap sejuk bahkan dalam kondisi panas.

Pelindung punggung yang paling canggih dijahit ke dalam setelan atas baju balap yang menyatu dengan kantung udara. Semakin kecil ukurannya semakin baik karena bentuk ramping memungkinkan aerodinamika lebih baik dan kecepatan lebih tinggi.

Sementara itu pelindung dada wajib digunakan di MotoGP dan harus menutupi area permukaan dengan luas minimal 230 cm². Pelindung dada tunggal dan terpisah diperbolehkan.

Beberapa pelindung dada terbuat dari busa berteknologi tinggi yang membantu menyerap benturan disebabkan serpihan atau saat terjatuh. Pelindung ini cukup diselipkan ke dalam baju balap dan hampir tidak terlihat ketika ritsletingnya tertutup sepenuhnya.

Beberapa pelindung dada lebih mirip pelindung punggung yang kaku, dengan struktur sarang lebah yang memberikan perlindungan benturan yang lebih besar.

Selain sederet perlengkapan tersebut, kecelakaan fatal pada pembalap MotoGP bisa dihindari berkat latihan yang dilakukan para pembalap. Para pembalap melakukan serangkaian latihan agar mereka bisa merespons ketika terjadi kecelakaan dalam balapan.

Secara keseluruhan ada 104 pembalap yang meninggal selama penyelenggaraan Grand Prix sejak 1949. Pada tahun pertama satu pembalap meninggal di sirkuit, lalu tiga pada 1940-an dan 25 pada 1950-an.

Meningkat lagi jadi 27 pada 1960-an dan 24 pada 1970-an. Kemudian turun menjadi 14 pada 1980-an, dua pada 1990-an, satu pada 2000-an, tiga pada 2010-an dan satu pada 2020-an.

Pembalap terakhir yang meninggal di trek adalah pembalap Moto3 Jason Dupasquier di Italia pada Mei 2021. Sedangkan di kelas MotoGP pembalap tewas terakhir adalah Marco Simoncelli pada Oktober 2011 di Malaysia.

SUMBER:CNNINDONESIA