3 Bukti Serangan Israel Adalah Genosida di Gaza, Bukan Perang Militer

JOKERBOLA– Sejak 7 Oktober 2023, pasukan Israel telah melakukan ribuan pemboman udara di Jalur Gaza, menewaskan sedikitnya 3.793 orang, sebagian besar warga sipil. Termasuk lebih dari 1.500 anak-anak, menurut data Kementerian Pertahanan Palestina di Gaza.

Mengutip Amnesty, sekitar 12.500 orang terluka dan lebih dari 1.000 mayat masih terjebak di bawah reruntuhan. Di Israel, menurut Kementerian Kesehatan Israel, lebih dari 1.400 orang tewas, sebagian besar warga sipil, dan sekitar 3.300 orang terluka.

Kelompok bersenjata Jalur Gaza melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober 2023. Mereka menembakkan roket tanpa pandang bulu dan mengirim ekstremis ke Israel selatan yang melakukan kejahatan perang seperti pembunuhan yang disengaja terhadap warga sipil dan penyanderaan. Menurut militer Israel, para militan juga menyandera lebih dari 200 warga sipil dan militer di Jalur Gaza.

Beberapa jam setelah dimulainya serangan, pasukan Israel mulai melakukan pemboman besar-besaran di Gaza. Sejak itu, Hamas dan kelompok bersenjata lainnya juga terus menembakkan roket tanpa pandang bulu ke wilayah sipil Israel dalam serangan yang juga harus diselidiki sebagai kejahatan perang.

Sementara itu, pasukan atau pemukiman Israel di Tepi Barat yang diduduki, termasuk Yerusalem Timur, telah menewaskan sedikitnya 79 warga Palestina, termasuk 20 anak-anak. Karena penggunaan kekuatan dan kekerasan yang berlebihan oleh tentara Israel terhadap pemukim yang disponsori negara.

Lalu apa bukti serangan Israel adalah Genosida, bukan perang militer? Berikut 3 fakta terkait serangan Israel tersebut dilansir berbagai sumber:

1. Memusnahkan Hamas

Melansir TIME, berdasarkan ungkapan Direktur Program Studi Genosida di Universitas Yale, David Simon, diketahui bahwa Israel hanya secara spesifik mengatakan ingin menghancurkan Hamas dan tidak secara langsung menyatakan niat untuk “menghancurkan kelompok agama, etnis, atau ras mana pun.

Simon mengatakan ada kemungkinan pengadilan akan memutuskan Hamas atau beberapa elemen Pasukan Pertahanan Israel (IDF) bersalah atas genosida, namun tentu tidak lazim untuk menyalahkan pemusnahan suatu kelompok etnis, melansir TIME.

2. Merendahkan martabat warga Palestina

Menurut Al Jazeera, dalam retorikanya, Israel mempermalukan warga Palestina dan menggambarkan penduduk Gaza secara keseluruhan sebagai musuh Israel. Israel menyatakan dengan tegas bahwa arogansi otoritas kolonial para pemukim dan pengetahuan bahwa mereka membunuh, melukai, menghancurkan, mengusir, mempermalukan, memenjarakan dan mendeportasi tanpa mendapat hukuman selama lebih dari tujuh dekade dan didukung oleh dukungan material dan moral yang berkelanjutan dari Amerika Serikat (AS).

Israel secara eksplisit menyatakan dan tidak malu dengan niat mereka untuk melakukan genosida karena mereka telah membayangkan dan melakukan perang terhadap orang-orang yang mereka anggap sebagai “orang biadab” yang terjajah.

3. Menyelamatkan “peradaban barat”

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant juga menggambarkan Palestina sebagai “manusia binatang” dalam deklarasi “pengepungan total” pada tanggal 9 Oktober 2023. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut Gaza sebagai “kota kejahatan” pada tanggal 7 Oktober 2023, dan kemudian pada tanggal 24 Desember 2023 serangan Israel adalah pertempuran melawan “monster”.

“Ini adalah sebuah pertempuran, bukan hanya Israel melawan kaum barbar, ini adalah pertempuran peradaban melawan barbarisme”, katanya menyelamatkan peradaban Barat dari kerajaan kejahatan.”

Netanyahu dan menteri senior Israel lainnya yakin bahwa menyelamatkan “peradaban Barat” memerlukan pemusnahan total warga Palestina di Gaza.

Sumber:Maria Regina Sekar Arum , Okezone