JOKERBOLA– Pemakaman telah diadakan untuk juru kamera Al Jazeera yang terbunuh oleh serangan pesawat tak berawak Israel di Gaza.
Samer Abudaqa terluka dalam serangan di sebuah sekolah di Khan Younis pada Jumat (15/12/2023) bersama rekannya, Wael Al-Dahdouh.
Al Jazeera mengatakan Abudaqa mati kehabisan darah karena pemboman besar-besaran menghalangi paramedis untuk menghubunginya.
Jaringan yang berbasis di Qatar mengatakan telah merujuk kasus tersebut ke Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).
Diposting di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, Al Jazeera menyebut kematian Abudaqa sebagai sebuah “pembunuhan”, dan mengatakan bahwa pengajuan hukumnya ke ICC akan mencakup serangan berulang kali terhadap kru jaringan yang bekerja di wilayah Palestina.
Jaringan tersebut mengatakan Abudaqa adalah jurnalis ke-13 yang meninggal saat bertugas sejak organisasi tersebut dibentuk pada 1996.
Dahdouh, yang kehilangan beberapa anggota keluarganya dalam pemboman Israel sebelumnya, selamat dari serangan tersebut.
Dalam pidatonya di pemakaman rekannya tersebut, Dahdouh mengatakan jurnalis di Gaza akan terus melakukan tugas dengan profesionalisme dan transparansi.
Dia mengatakan bahwa para jurnalis di Gaza membawa “pesan kemanusiaan dan mulia” bagi dunia di tengah perang yang sedang berlangsung dan akan terus bekerja meskipun ada serangan Israel.
Menurut Al Jazeera, Dahdouh terkena pecahan peluru di lengan atasnya dan berhasil berjalan ke rumah sakit Nasser untuk perawatan.
Abudaqa juga menderita luka akibat pecahan peluru, namun paramedis kesulitan mencapainya karena daerah tersebut berada di bawah pemboman besar-besaran dari pasukan Israel.
Al Jazeera mengatakan juru kamera tersebut dibiarkan mati kehabisan darah selama lebih dari lima jam, dan menambahkan bahwa Israel bertanggung jawab karena menargetkan jurnalis dan keluarga mereka.
Abudaqa bergabung dengan Al Jazeera pada Juni 2004, bekerja sebagai juru kamera dan editor.
Dia memiliki tiga putra dan seorang putri, dan tinggal di kota Abasan al-Kabira dekat Khan Younis.
Redaktur pelaksana Al Jazeera, Mohamed Moawad, menggambarkan Abudaqa sebagai seorang profesional yang terampil namun berjiwa welas asih yang memahami kekuatan penceritaan visual.
“Komitmennya yang tak tergoyahkan terhadap kebenaran dan penyampaian cerita telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan di tim kami,” katanya di X.
Menurut Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ), setidaknya 64 jurnalis – sebagian besar warga Palestina – telah terbunuh sejak konflik Israel-Gaza dimulai pada 7 Oktober.
Asosiasi Pers Asing (FPA), yang mewakili beberapa ratus jurnalis yang bekerja untuk organisasi berita internasional, mengatakan pihaknya berduka atas kematian juru kamera tersebut. mengatakan dia adalah anggota FPA pertama yang terbunuh dalam konflik Israel-Gaza.
“Kami menganggap ini sebagai pukulan besar terhadap kebebasan pers yang sudah terbatas di Gaza dan menyerukan kepada tentara untuk segera melakukan penyelidikan dan penjelasan,” terangnya.
Sumber: OKEnews