Anies: Kita Tak Usah Pretensi Bisa Selesaikan Konflik Israel-Palestina

Bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan Anies Baswedan menganggap Pemerintah Indonesia sulit untuk menyelesaikan konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel.

Anies menilai penyelesaian konflik yang sudah terjadi selama puluhan tahun tersebut sudah berada di luar kapasitas dan otoritas pemerintahan Indonesia.

“Kita tidak usah berpretensi bisa menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Itu jauh sekali dari sekali dari sisi kemampuan, kapasitas kita,” ujar Anies dalam paparannya soal arah dan strategi politik luar negeri di CSIS Auditorium, Jakarta Pusat, Rabu (8/11).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia lantas mengungkit perjuangan Indonesia ketika ingin merebut kemerdekaan. Dalam konteks itu, kata dia, perdamaian bisa terwujud dengan adanya upaya-upaya negosiasi dan diplomasi.

“Kita menyadari bahwa dari pengalaman kita. Ketika kita mencoba kemerdekaan dulu, tidak mungkin ada peperangan yang menghasilkan perdamaian, tidak mungkin,” jelasnya.

Oleh sebab itu, Anies menilai langkah paling realistis yang dapat dilakukan pemerintah Indonesia ialah dengan membantu mempersatukan berbagai faksi yang ada di Palestina.

“Apa kata kuncinya sebelum negosiasi? Bersatu. Jadi Indonesia proaktif mempersatukan Palestina. Menurut saya peran Indonesia di situ,” jelasnya.

Menurutnya salah satu cara yang bisa ditempuh pemerintah untuk mewujudkan persatuan di Palestina adalah dengan memberikan pembelajaran pada generasi mudanya.

Pasalnya, Anies menilai akan sulit menyatukan berbagai macam faksi yang sebelumnya sudah lama berkonflik. Karenanya ia menilai salah satu solusinya ialah dengan menanamkan persatuan pada generasi muda Palestina.

“Apa susahnya bawa mereka ke sini, Mereka lihat kehidupan di sini, bisa ratus (orang) bisa ribu, tinggal di sini. Melihat bagaimana kita bisa bersatu, tenang, teduh, bawa pengalaman itu (ketika) mereka pulang,” jelasnya.

“Tanpa mereka bersatu, tidak mungkin (Palestina merdeka). Itu kalau faksi Sjahrir dan faksi Sukarno enggak bersatu, enggak terjadi (proklamasi Indonesia) Agustus tahun 1945,” imbuhnya.