Pejabat AS: Hampir 500 Ribu Tentara Jadi Korban Perang Rusia-Ukraina

Hampir 500 ribu tentara Ukraina dan Rusia tewas atau terluka sejak dimulainya perang kedua negara 18 bulan lalu. Data itu berdasarkan rilis pejabat Amerika Serikat (AS).

Seperti dilansir New York Times, yang mengutip pejabat anonim AS, korban militer dari pihak Rusia mendekati 300 ribu orang, termasuk 120 ribu yang tewas dan 170 ribu sampai 180 ribu orang luka atau cedera.

Sementara kematian di kubu Ukraina sekitar 70 ribu orang, dengan 100 ribu hingga 120 ribu orang terluka. Kematian di medan perang Ukraina telah melampaui jumlah orang AS yang terbunuh di Vietnam pada perang hampir 20 tahun lalu, dengan jumlah korban sekitar 58 ribu orang.

Sumber tersebut memperingatkan bahwa jumlah korban tetap sulit untuk ditentukan karena Moskow diyakini biasanya menghitung sendiri jumlah korban tewas dan terluka dalam perang, dan Kyiv tidak merilis angka resmi.

Para pejabat yang berbicara kepada surat kabar tersebut mengatakan bahwa tingkat korban melonjak setelah Kyiv meluncurkan serangan balasan yang telah lama ditunggu-tunggu pada bulan Juni 2023.

Meski begitu, serangan balasan itu sejauh ini dianggap gagal untuk mendapatkan keuntungan teritorial yang besar, setelah berhadapan langsung dengan luasnya garis pertahanan Rusia yang dibentengi dan dipasangi ranjau.

Masih menurut pejabat AS, kerugian korban tewas dan luka-luka selama dua minggu pertama serangan balik Kyiv diperkirakan mencapai ribuan.

Selain itu, sekitar 20 persen dari gudang senjata modern yang diperoleh Ukraina dari sekutu Baratnya, termasuk tank dan pengangkut personel lapis baja, dihancurkan atau dirusak oleh musuh.

Terakhir kali seorang pejabat senior AS membuat catatan tentang perkiraan korban adalah pada bulan Januari 2-23, ketika Kepala Staf Gabungan Angkatan Darat Jenderal Mark Milley mengatakan bahwa Rusia menderita dengan korban lebih dari 100 ribu orang. Saat itu, perang belum mencapai satu tahun.

Pejabat AS terkenal bungkam tentang perkiraan kerugian Ukraina, yang sebagian dapat dikaitkan dengan keengganan Kyiv sendiri untuk berbagi angka, dan sebagian karena keasyikan analis dengan tingkat korban Rusia.

Namun, Mark Milley pada bulan November 2022 menyatakan bahwa Ukraina telah kehilangan sekitar 100 ribu tentara karena cedera atau kematian.

Jumlah itu dikatakan meroket selama bulan-bulan musim dingin dan musim semi, ketika kedua pihak yang bertikai berjuang untuk menguasai kota utama Bakhmut di Ukraina timur, yang diibaratkan sebagai “penggiling daging” karena intensitas pertempuran di sana.

Kota yang porak-poranda akhirnya jatuh ke tangan tentara bayaran Grup Wagner Rusia pada bulan Mei 2023, tetapi pasukan Ukraina telah memperoleh keuntungan tambahan di sekitar Bakhmut.

Pasukan Rusia melebihi jumlah Ukraina dengan 3 banding 1 di medan perang, karena fakta bahwa tentara Rusia hampir tiga kali lipat dari Ukraina, dan negara itu memiliki populasi yang secara proporsional lebih besar, di mana wajib militer baru dapat ditarik untuk menggantikan pasukan yang gugur.

Menurut analis, Ukraina, dengan populasi sebelum perang sebanyak 43 juta, memiliki sekitar 500.000 tentara, termasuk tentara aktif, cadangan dan paramiliter. Sebaliknya, Rusia, yang memiliki populasi lebih dari 143 juta jiwa, memiliki 1.330.000 tentara atau pejuang.