Matahari Semakin Menjauhi Bumi

Matahari dan Bumi adalah dua objek dalam tata surya yang sama-sama bergerak. Dengan begitu, apakah ada kemungkinan Matahari dapat menjauhi Bumi?
Menurut NASA, jarak Bumi rata-rata Bumi ke Matahari berkisar 93 juta mil atau 150 juta kilometer. Dikarenakan lintasan orbit tak sepenuhnya bulat, maka jarak keduanya bisa sekitar 147,1-152,1 juta km.

Semakin jauh jarak keduanya disebabkan oleh Matahari yang kehilangan massa dan adanya gaya yang sama sehingga menyebabkan pasang surut di Bumi.

Matahari semakin kehilangan massa karena terus-menerus kehilangan energi. Reaksi fusi nuklir lah yang telah menggerakan Matahari mengubah massanya menjadi energi.

Menurut Brian DiGiorgio, seorang astronom di University of California, Santa Cruz, Matahari akan kehilangan sekitar 0,1% dari total massanya sebelum mati. NASA sendiri mempunyai prediksi bahwa usia Matahari sekitar 5 miliar tahun lagi.

Dikarenakan Matahari semakin kehilangan massa, maka menyebabkan tarikannya terhadap Bumi melemah. DiGiorgio mengatakan jarak Bumi ke Matahari berkurang sekitar 6 cm per tahun.

“Ini cukup dapat diabaikan, terutama jika dibandingkan dengan variasi normal jarak orbit Bumi yang terjadi karena orbitnya yang agak elips – sekitar 3%,” kata DiGiorgio.

Gravitasi Bumi yang menarik Matahari akan mengakibatkan pasang surut di Bumi. Demikian disampaikan oleh Britt Scharringhausen, seorang profesor madya fisika dan astronomi di Beloit College di Wisconsin.

Tonjolan pasang surut yang dihasilkan Bumi berada di depan Bumi. Hal ini karena Matahari berputar pada porosnya setiap 27 hari (artinya lebih cepat dari Bumi yang membutuhkan waktu 365 hari).

Massa tonjolan tersebut mempunyai tarikan gravitasi sehingga menarik Bumi ke depan orbitnya. Dengan begitu, Bumi akan semakin menjauh dari Matahari.

Dampak lain dari menjauhnya jarak Matahari ke Bumi ini tentunya akan membuat cahaya di Bumi semakin redup. Peredupan ini sesuai dengan pengurangan 0,4% energi matahari yang mengenai permukaan Bumi.

Seperti sudah disebutkan sebelumnya, NASA telah memprediksi bahwa kematian Matahari diperkirakan sekitar 5 miliar tahun lagi. Ini didasarkan pada perhitungan Matahari dalam menghabiskan bahan bakar hidrogennya.

Setelah kehabisan bahan bakar, Matahari akan membengkak dan menjadi bintang raksasa merah. Jika memang Matahari semakin jauh dengan Bumi, maka asumsinya Bumi tak akan menerima dampak dari matinya Matahari.

Namun, DiGiorgio menyebutkan banyak kemungkinan yang bisa terjadi jika Matahari mati. Kemungkinan pertama, Bumi akan terancam karena Matahari akan semakin membengkak setelah jadi bintang raksasa merah.

Kemungkinan kedua, Bumi akan tetap bertahan dan terus mengorbit jika Matahari tak cukup mengembang. Namun, sebagian besar perkiraan menunjukkan matahari akan cukup membesar untuk menelan Bumi.

“Namun, meskipun Bumi selamat, tidak ada kemungkinan manusia akan mampu bertahan hidup bersamanya. Panas dan radiasi dari Matahari yang mendekat tidak hanya akan mendidihkan lautan dan atmosfer, tetapi mungkin juga akan mendidihkan Bumi itu sendiri. Manusia harus meninggalkan bola lava yang menyala itu jauh sebelum ditelan,” tutur DiGiorgio.

 

SUMBER : DETIKEDU